Tuesday 5 December 2017

Gênero kesetara de dalam hukum forex


Pengarustamaan gender mengacu pada integrasi peduli gender dalam analisis, formulasi dan pengawasan kebijakan, programa e projeto de serta dalam organisasi yang bertujuan untuk menyampaikan ketidakadilan gênero dan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan. Kebutuhan praktis berbasis gênero merupakan kebutuhan yang bersifat dasar dan segera sering kali berkaitan dengan ketidaklayakan kondisi hidup, perawatan kesehatan dan pekerjaan seperti pusat kesehatan, memastikan persediaan air bersih dan menyediakan konsultasi keluarga berencana. Pemusatan terhadap kebutuhan ini tidak merubah posisi laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Kebutuhan strategis berbasis gênero berhubungan dengan pembagian gender dalam bidang pekerjaan, kekuasaan dan pengawasan dan boleh jadi meliputi isu sepertihak-hak hukum, kekerasan domestik. Akses ke sumber daya, upah yang adil dan kontrol perempuan atas tubuhnya. Pemusatan terhadap kebutuhan ini membantu perempuan mencapai kesetaraan yang lebih baik dan menolak untuk berada di bawah laki-laki. Pengarustamaan bukanlah aktivitas yang singkat, tetapi merupakan proses yang terus menerus. Hal ini berarti bahwa isu ketidaksetaraan gender disampaikan atau diintegrasikan dalam setiap aspek struktur organisasi dan programa daripada sebagai aktivitas tambahan. Pengurustamaan gender aspek penting (WHO 2001) yaitu (1) distribusi yang adil oleh laki-laki dan perempuan, kesempatan dan keuntungan pro proses pembangunan pengurustamaan (2) termasuk pengalaman yang menarik dan visi perempuan dan laki-laki dalam menentukan permulaan pembangunan, kebijakan, Programa dan programa serta menentukan agenda keseluruhan. Dalam pengurustamaan gender, kebutuhan strategis dan praktis berbasis gender perempuan sebaiknya dipertimbangkan. Kebutuhan praktis berbasis gênero merupakan kebutuhan yang bersifat dasar dan segera serta sering kali berkaitan dengan ketidaklayakan kondisi hidup, perawatan kesehatan dan pekerjaan seperti perbaikan pusat kesehatan, memastikan persediaan air bersih dan menyediakan konsultasi keluarga berencana. Pemusatan terhadap kebutuhan ini tidak merubah posisi laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Kebutuhan strategis berbasis gênero berhubungan dengan pembagian gender dalam bidang pekerjaan, kekuasaan, dan pengawasan dan boleh jadi meliputi isu seperti hak-hak hukum, kekerasan domestik, akses ke sumber daya, upah yang adil dan kontrol perempuan atas tubuhnya. Pemusatan terhadap kebutuhan ini membantu perempuan mencapai kesetaraan yang lebih baik dan menolak untuk berada dibawah laki-laki. Hubungan antara Sexo dan Kesehatan Dalam masyarakat, perempuan dan laki-laki berbeda karena tugas dan aktivitasnya, ruang fisik yang mereka tempati dan orang-orang yang berhubungan dengan mereka. Namun, perimpuan memiliki akses ked um controle yang kurang atas sumber daya daripada laki-laki, khususnya akses ke pendidikan dan fasilitas pelatihan yang terbatas. Konsep analisis gênero penting sekali di bidang kesehatan karena perbedaan berbasis gênero daalam peran dan tanggung jawab pembagian pekerjaan, akses ked an control atas sumber daya, dalam kekuasaan dan keputusan mempunyai konsekuensi maskulinitas dan femininas yang berbeda berdasarkan budaya, suku dan kelas social. Sangat penting memilikin pemahaman yang baik tentang konsep dan mengetahui karakteristik kelompok perempuan dan laki-laki yang berhubungan dengan proses pembangunan. Pada status kesehatan perempuan dan laki-laki. Konsekuensi boleh jadi meliputi: 8220risiko yang berbeda dan kerawanan terhadap infeksi dan kondisi kesehatan, 8221 mebuat banyaknya pendapat tentang kebutuhan kesehatan tindakan yang tepat, akses yang berbeda ke layanan kesehatan, yang diakibatkan oley penyakit dan konsekuensi social yang berbeda dari penyakit dan kesehatan. WHO (2001) telah membuat daftar cara bagaimana dampak gênero terhadap status kesehatan: 183 Pembongkaran, risiko atau kerawanan 183 Sifat dasar, kekerasan dan frekuensi masalah kesehatan yang gejalanya dapat dirasakan 183 Perilaku mencari kesehatan 183 Akses ke layanan kesehatan 183 Konsekuensi social jangka panjang dan konsekuensi Kesehatan Seks, género dan tindakan yang desarmânico Untuk memahami bagaimana seks dan gender dikaitkan dengan kesehatan, perlu sekali meneliti kasus tentang tuberculosis. Sexo e tuberculose Secara global, 8,4 juta penduduk diperkirakan mengidap penyakit tuberculosis setiap tahun dan hamper 2 juta kematian penduduk disebabkan oleh penyakit ini. Secara umum, sepertiga penduduk dunia saat ini terinfeksi oleh kuman tuberculosis, lebih dari 90 persen terjadi di Negara berkembang. Kebanyakan yang terinfeksi tuberculosis adalah penduduk miskin dari Negara miskin. Mereka tidah hanya rentan terhadap penyakit ini karena kehidupan dan kondisi kerja mereka, tetapi mereka juga terpuruk dalam kemiskinan akibat tuberculosis. Orang yang mengidap TB kehilangan 20 sampai 30 persen pendapatan rumah tangga pertahun karena penyakit ini. Situasi ini memerlukan tindakan yang cepat untuk meberantas epidemia ini. Meneliti dimensu gender pada TB penting sekali untuk mengatasi hambatan yang ditemukan dalam pencegahan yang efektif, cakupan dan tindakan untuk membasmi tuberculosis. Timbulnya tuberculosis dan prevalensinya lebih tingggi pada laki-laki dewasa. Di berbagai tempat, tingkat timbulnya tuberculosis lebih tinggi pada laki-laki disegala usia kecuali pada masa kanak-kanak, ketika mereka lebih tinggi dari perempuan. Hasil penelitian menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin dalam tingkat prevalensi mulai muncul pada usia 10 dan 16 tahun dan semakin tinggi pada laki-laki daripada perempuan. Penyebab timbulnya dan prevalensi yang tinggi pada laki-laki adalah minimalnya pemahaman dan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berhubungan. Laporan tentang tingkat timbulnya TB boleh jadi di bawah gambaran perempuan. Norma penyaringan yang standar dapat menyebabkan lebih banyak perempuan yang mengidap TB tidak terdeteksi daripada laki-laki. Gejala yang muncul pada perempuan tidak seperti pada laki-laki yaitu batuk, mengeluarkan dahak, atau hasil tes yang positif pada mikroskopi dahak. Tingkat pemberitahuan yang rendah boleh jadi merupakan konsekuensi dari proporsi perempuan yang lebih kecil daripada laki-laki dalam kunjungan ke fasilitas kesehatan dan pemberian contoh dahak untuk diperiksa. Ada beberapa perbedaan seks dalam perkembangan dan akibat tuberculosis. Sekali terinfeksi TB, perempuan di usia produktif lebih mudah jatuh sakit daripada laki-laki dan juga meninggal karena TB tersebut. Pada perempuan hamil, perbedaan ini belum terbukti. Daya tahan tubuh orang muda yang terinfeksi HIV dan terkena tuberculosis dapat melemah dan orang yang menderita Positivo de HIV para menderita tuberculose penyakitnya akan menjadi lebih aktif dibandingkan dengan orang terinfeksi TB tetapi tidak mengidap HIV. Karena perempuan yang lebih muda lebih beresiko terkena HIV daripada laki-laki di usia yang sama, dibeberapa bagian di Afrika yang banyak ditemukan HIV, perempuan yang menderita TB lebih banyak daripada laki-laki. Tuberculose yang diidap oleh perempuan hamil dapat mengakibatkan buruknya kehamilan. Studi kasus di Meksiko dan Índia menyatakan bahwa TB paru-paru pada ibu meningkatkan risiko kelahiran prematuro dan bayi yang lahir dengan berat yang rendah menjadi dua kali lipat dan risiko kematian menjelang atau satu bulan setelah kelahiran bayi meningkat antara tiga sampai enam kali lipat. Perempuan hamil yang menderita tuberculosis paru-paru, tetapi terlambat di diagnosa penyakit yang berkaitan dengan kandungan meningkat menjadi enam kali lipat, menurut ulasan terakhir pada tuberculosis dan kehamilan. Ulasan tersebut juga melaporkan risiko lain, yakni keguguran, toksemi dan komplikasi pada proses persalinan. Kesetaraan gender merupakan perlakuan yang setara antara perempuan dan laki-laki dalam hukum dan kebijakan serta akses yang sama ke sumber daya dan pelayanan dalam keluarga, komunitas dan masyarakat luas. Ketidaksetaraan Sexo dalam Kesehatan Status perempuan begitu rendah karena akibat ketidaksetaraan gender yang dibiarkan terus berlangsung. Dengan potret buram yang sudah dijelaskan sebelumnya, perhatian yang lebih besar mestinya diberikan kepada perempuan. Bukan berarti laki-laki terlupakan. Tetapi perhatian terhadap perempuan menjadi lebih utama sebab perempuan sedemikian tertinggalnya dan teramat lama terabaikan nasibnya. Berikut ini beberapa contoh pengaruh ketidaksetaraan gênero terhadap kesehatan baik laki-laki maupun perempuan sejak lahir hingga lanjut usia. Kesetaraan gender dalam hak, yaitu adanya kesetaraan hak dalam peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan dalam bidang kesehatan. 183 Kesetaraan hak dalam rumah tangga yaitu perempuan dan laki-laki mempunyai hak yang sama dalam kesehatan, misalnya menentukan jumlah anak, jenis persalinan, pemilihan alat kontrasepsi, dll. 183 Kesetaraan hak dalam ekonomikeuangan yaitu perempuan dan laki-laki mempunyai hak yang sama dalam memilih alat kontrasepsi. 183 Kesetaraan hak dalam masyarakat yaitu adanya budaya di beberapa daerah yang mengharuskan masyarakat mengikuti budaya tersebut sehingga tidak terjadi kesehatan yang responsif gênero. Selain itu, perempuan dan laki-laki mempunyai hak yang sama dalam berpolitik dan dalam pengambilan keputusan. Género Kesetara, dalam sumber daya, yaitu adanya kewenangan dalam penggunaan sumber daya terhadap kesehatan. 183 Di tingkat rumah tangga, perempuan dan laki-laki mempunyai alokasi yang sama untuk mengakses pelayanan kesehatan. 183 Di tingkat ekonomi, perempuan dan laki-laki mempunyai kemampuan yang sama untuk membelanjakan uang untuk keperluan kesehatan. Selain itu, perempuan dan laki-laki mempunyai kesempatan yang sama dalam membelanjakan pendapatannya untuk kesehatan. 183 Di tingkat masyarakat, tidak tersedianya sarana dan pra-sarana publik yang responif gender, seperti tidak adanya tempat untuk menyusui, tempat ganti popok bayi. Kesetaraan gender dalam menyuarakan pendapat, yaitu ekspresi terhadap kebutuhan akan kesehatan dan laki-laki tidak lagi mendominasi pendapat dalam kesehatan. 183 Di tingkat rumah tangga, perempuan dan laki-laki mempunyai kesempatan yang sama untuk mengekspresikan rujukan kesehatan yang diharapkan, sesuai tingkat pendidikannya, kesempatan untuk memberikan umpan balik atas pelayanan yang diterimanya. 183 Di bidang ekonomi, pengetahuan ibu untuk memilih tempat rujukan yang tepat tidak didukung oleh kemampuan ekonomi suami. Perempuan dan laki-laki mempunyai kesempatan yang sama dalam menyampaikan keluhan atau komplainterhadap kepuasan pelayanan. 183 Di tingkat masyarakat, pendapat tentang memiliki anak yang sehat didukung dengan ajaran agama yang diyakini. Masalah gender meliputi berbagai aspek yang memerlukan penanganan oleh berbagai sektor termasuk sektor kesehatan. Kebijakan publik merupakan pedoman dalam pelaksanaan publik, termasuk kebijakan bidang kesehatan. Kebijakan kesehatan menjadi acuan dalam pelayanan kesehatan di sarana kesehatan. Kebijakan terbagi dalam tiga strata, yaitu: 183 Kebijakan strategis yang mencakup kebijakan pada tingkat tertinggi seperti Undang-Undang de Peraturan Pemerintah. 183 Kebijakan manajerial yang mencakup kebijakan pada tingkat menengah seperti Keputusan Menteri. 183 Kebijakan teknis yang mencakup kebijakan pada tingkat pelaksanaan seperti Keputusan Direktur Jederal Departemen. Kebijakan publik ditetapkan pemerintah dengan dalil lebih mengetahui kepentingan rakyat publik (interesse público). Setelah suatu kebijakan ditetapkan, kelemahan paling utama adalah kemampuan pelaksanaan (implantação política). Pelaksanaan kebijakan ini juga menjadi kendala dalam implementasi kebijakan makro dan mikro dari pengurustamaan gender di Indonesia. Wacana dan isu kesetaraan gender (KG) kini menggema luar biasa di Indonesia. Berbagai programa digelar untuk mensosialisasikan programa ini. Bahkan, seolah-olah, paham ini sudah dianggap sebagai satu kebenaran, yang tidak boleh dipersoalkan. Seperti Halnya beberapa paham lain yang datang dari peradaban Barat, banyak orang yang kemudian mencari pembenarannya dalam ayat-ayat al-Quran dan hadits. Sekarang, ada istilah pembangunan berwawasan gender, politik berwawasan gender, pendidikan berwawasan gender, fiqih berwawasan gender, tafsir berperspektif gender, dan sebagainya. Sebagian aktivis gênero kemudian mengangkat isu penjajahan dan penindasan perempuan por laki-laki pun diangkat. Seolah-olah, selama ini kaum wanita mundur karena ditindas oleh laki-laki. Lalu, kaum wanita disuruh bergerak untuk melawan apa yang mereka katakan sebagai hegemoni laki-laki. Entah mengapa, negara-negara Barat dan juga LSM-LSM mereka, kini sangat aktif mendanai berbagai projetar penelitian dan gerakan KG. Bahkan, sasaran paham ini sudah semakin spesifik. Ada yang khusus menggarap pesantren, ada ormas Islamismo, ada partai, perguruan Tinggi, dan sekolah-sekolah. Tentu tidak ada salahnya umat Islam bertanya: apa dan untuk siapa sebenarnya programa ini Timbul tanda tanya besar mengapa pihak Barat begitu bersemangat mengkampanyekan kesetaran gender di dunia Islam, ketika pada saat yang sama, isu tersebut mengalami stagnasi dan mulai ditinggalkan oleh sebagian masyarakat Barat sendiri Banyak Problema rakyat Indonésia lain seperti kemiskinan dan kesehatan yang masih memerlukan bantuan. Mengapa justru projetek-proyek KG yang mudah mendapatkan pendanaan Jadi, KG tidak lepas dari isu pemberdayaan perempuan dan gerakan feminisme. Dan ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah kelam masyarakat Barat pada abad pertengahan. Menurut McKay dalam bukunya a História da Sociedade Ocidental (1983), terdapat bukti-bukti kuat yang mengindikasikan bahwa perempuan telah dianggap sebagai makhluk inferior, bahkan pada tahun 1595, seorang professor da Universidade Wittenberg melakukan perdebatan serius mengenai apakah perempuan itu manusia atau bukan. (Maududi, Hijab, 1995). Kehidupan keras dialami oleh perempuan-perempuan di Eropa abad Pertengahan (A Idade Média). Dalam esai Francis Bacon tahun 1612 yang berjudul Casamento e vida única (Kehidupan Perkawinan dan Kehidupan Sendiri), disbutkan banyak laki-laki memilih untuk hidup lajang, jauh dari pengaruh buruk perempuan dan beban anak-anak sehingga dapat berkonsentrasi pada kehidupan publiknya. (Arivia, 2002). Karena diperlakukan sebagai makhluk tertindas, maka muncullah kemudian berbagai gerakan pembebasan perempuan. Termasuk membebaskan diri dari kungkungan agama. Dalam bukunya, yang berjudul Membiarkan Berbeda, (1999), pakar Ilmu Gizi IPB, Dr. Ratna Megawangi, menyebutkan, ide KG bersumber pada paham Marxis, yang menempatkan perempuan sebagai kelas tertindas dan laki-laki sebagai kelas penindas. Institusi keluarga yang mendiskriminasi perempuan harus dihilangkan atau diperkecil perannya apabila masyarakat komunis ingin ditegakkan, yaitu masyarakat yang tidak ada kaya-miskin, dan tidak ada perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan. Agenda feminis mainstream, semenjak awal abad ke-20, adalah bagaimana mewujudkan KG secara kuantitatif, yaitu laki-laki dan perempuan sama-sama berperan, baik di luar maupun di dalam rumah. Tidak ada bedanya laki-laki dan perempuan. Urusan rumah tangga dan anak adalah urusan sama-sama. Mereka percaya, bahwa perbedaan peran berdasarkan gênero adalah karena produk budaya, bukan karena perbedaan biologis atau hal yang nature (fitri). Tahun 1970-an, para feminis mulai mengusung konsep gênero igualdade atau kesetaraan gender (KG) sebagai mainstream gerakan mereka. Sexo, menurut Unger, adalah, 8220, um termo usado para englobar as expectativas sociais associadas à feminilidade e masculinidade 8220. Para feminis berpendapat gênero merupakan konstruk sosial, dan berbeda dengan sex yang merujuk pada anatomi biologis. Sexo dipengaruhi oleh kondisi sosial-budaya, agama, dan hukum yang berlaku di masyarakat serta faktor-faktor lainnya. Lips dalam A New Psychology of Women berpendapat, género tidak hanya terdiri dari dua jenis, yaitu feminin dan maskulin. Tetapi, menurutnya, ada gender ketiga yang bersifat cair dan bisa berubah-ubah, dan telah dikenal pada berbagai macam budaya yang berbeda. Gender ketiga ini tidak bisa dikategorikan sebagai feminina atau maskulin, tetapi mereka adalah kaum homoseksual dan transvestite (seseorang yang senang berpakaian gender lainnya). (Lihat, Hilary M Lips, A New Psychology of WomenGender, Culture e Ethnicity, 2003). Kesetaraan dan lesbian Karena itu, tidak mengherankan, jika demi perjuangan kebebasan perempuan dan kesetaraan, maka mereka juga aktif memperjuangkan hak-hak kaum lésbicas. Sebuah jurnal da Indonésia yang aktif menyuarakan paham KG, edisi Maret 2008, secara terbuka memperjuangkan legalisasi perkawinan homo dan lesbi. Bahkan, gerakan ini juga didukung oleh seorang Profesor bidang keislaman di Jakarta. Ia berpendapat, perkawinan sah dilakukan antara laki-laki dengan laki-laki, atau antara perempuan dengan perempuan. Bahkan, menarik sekali membaca ayat-ayat Al-Quran soal hidup berpasangan (Ar-Rum, 21 Az-Zariyat 49 dan Yasin 36) di sana tidak dijelaskan soal jenis kelamin biologis, yang ada hanyalah soal gender (jenis kelamin sosial). Artinya, berpasangan itu tidak mesti dalam konteks hetero, melainkan bisa homo, dan bisa lésbica. Maha Suci Allah yang menciptakan manuscrito dengan orientasi seksual yang beragam, ujar guru besar tersebut, mengutip ayat-ayat al-Quran. Tentu saja, penafsiran professor ini sangat keliru. Pengakuan terhadap adanya gender ke tiga membuat kaum feminis terus memperjuangkan hak kaum lesbihomoseksual di seluruh dunia dan menuntut negara mengesahkan pernikahan mereka secara hukum. Bahkan dalam perspektif feminis radikal, pasangan lesbi memiliki tempat yang terhormat karena dalam hubungan heteroseksual perempuan cenderung menjadi pihak yang tersubordinasi. Ini berbeda dengan pasangan lesbi, dimana perempuan justru memiliki kontrol setara sehingga tidak terjadi dominisasi satu dengan lainnya. Inilah konsep kesetaraan yang mereka inginkan. Puncak kesetaraan itu, menurut kelompok ini, dicapai oleh pasangan lesbian. Hal itu tertuang dalam pernyataaan Charlotte Bunch (1978): A Lesbiana é mais claramente a antítese do patriarcado - uma ofensa aos seus princípios básicos. É uma mulher que odeia que somos amantes da mulher. Exige obediência feminina e docilidade, buscamos força, assertividade e dignidade para as mulheres. (Lesbian adalah antithesis paling jelas dari patriarki yang menyerang doktrin dasarnya. Patriarki adalah pembenci perempuan, sedangkan kami pencinta perempuan. Patriarki menuntut kepatuhan dan kepasifan perempuan, kami mencari kekuatan, penegasan dan harga diri bagi wanita. (Joan C Chrisler. Et all, ( Ed), Palestras sobre a Psicologia das Mulheres. (2000). Umat Islam, khususnya kaum Muslimah, seyogyanya cerdas dan kritis dalam menyikapi masuknya agenda dan konsep-konsep como dalam tubuh masyarakat muçulmanos. Islam memiliki konsep sendiri dalam soal relasi laki-laki dan Perempuan. Konsep-konsep yang datang dari tradisi budaya lain, tidak sepatutnya ditelan mentah-mentah begitu saja, meskipun dikemas dengan bahasa yang indah. Kaum Muslimah selama ini sudah menerima kodrat mereka sebagai Ibu dan ridha jika melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Islam tidak Melarang wanita aktif di luar rumah, dengan izin suami. Muslimah yakin, aktivitas di dalam maupun di luar rumah, jika dilakukan dengan ben Ar dan sesuai dengan konsep syariat Islam, maka itu bagian dari ibadah kepada Allah. Islam tidak membangun dendam dan semangat permusuhan terhadap kaum laki-laki. Islam telah menempatkan tugas utama seorang perempuan sebagai Ibu dan pengelola rumah tangga. Seorang perempuan yang tekun mendidik anaknya dan mengelola rumah tangganya dengan baik, tidak lebih rendah martabatnya ketimbang yang aktif dalam politik atau aktivitas publik lainnya. Allah SWT adalah pencipta manusia. Dan Allah tentu lebih tahu fitrah manusia. Allah lebih tahu mana yang baik dan mana yang akan merusak perempuan. Upaya untuk mengubah hukum-hukum Allah pasti akan merusak tatanan masyarakat itu sendiri. Apalagi, muçulmano sudah yakin, bahwa dunia ini adalah ujian. Masing-masing menjalankan kewajiban dan haknya. Laki-laki dan perempuan menjalani peran masing-masing, sesuai dengan tuntunan Allah, untuk nantinya dipertanggungjawabkan di Hari Akhir. Iman dan ridha atas peran yang diberikan por Allah inilah yang menjadikan seseorang bahagia, di dunia dan akhirat. ()

No comments:

Post a Comment